Selasa, 06 September 2011

Tersadar

Selamat malam, hari ini aku pulang ke australi. Thanks for your friendliness and your support. Sampai jumpa. 
            Itulah SMS terakhir dari Jay Caskill. Seseorang dari Australia yang baru aku kenal beberapa hari yang lalu. Aku bisa mengenal Jay karena dia sepupu salah seorang temanku. Aku fikir umurnya sebaya dengan ku. Ya, umurku 15 tahun. Namaku Jessica Lee. Biasa disapa Jessi. Aku masih duduk dibangku kelas 3 SMP. Aku tinggal di Blitar, Jawa Timur. Kota yang kecil dan tidak metropolitan. Aku ini gadis umur 15 tahun yang tidak suka dengan pelajaran Bahasa Inggris. Aku ini tidak pintar dan juga tidak bodoh.
            Berawal dari kunjungan Jay kesekolahku. Tepatnya saat Jay dan keluarganya masuk ke dalam kelasku. Kesan pertama saat aku melihat Jay, sosok yang tampan dan juga pendiam. Saat itulah aku tertarik dengan Jay. Entah apa yang membuat ku tertarik kepadanya, mungkin karena Jay tampan dan sebaya. Aku tak berhenti menatap Jay. Sesekali tatapan kita bertemu dan sesekali juga Jay tersenyum kecil. Entah untuk siapa. Tapi mungkin itu untukku. Sesaat, ibu Jay menceritakan tentang Jay. Ternyata Jay adalah cowok yang pintar dalam pelajaran, dia juga bisa bermain piano. Kata ibu Jay, Jay mendapatkan beasiswa disekolahnya. Wow, dan itu membuatku amat terkesan dengan sosok Jay. Dan saat itulah aku berfikir bahwa aku benar – benar tertarik padanya.
            “Ki, bulenya tadi ganteng ya.” Ucapku kepada Kiki, sahabatku yang duduk tepat disebelahku.
            “ganteng banget.” Balas Kiki singkat.
            Ya, setelah kunjungan itu, aku fikir seisi sekolah menjadikan Jay sebagai topic pembicaraan mereka. Tetapi aku berfikir kalau satu – satunya siswa yang benar – benar tertarik dengan Jay hanyalah aku. Tapi tak apalah, aku ini kan manusia dan seorang cewek, menurutku wajar kalau aku tertarik dengan seorang cowok.
            Beberapa hari sesudah kunjungan itu, aku mendapat nomor handphone Jay dari salah seorang temanku yang kebetulan juga sepupu Jay. Keberuntungan sedang berihak padaku. Sepulang sekolah aku ragu untuk mengirim sebuah SMS padanya. Aku takut jika itu bukan nomor Jay. Tapi dengan segenap rasa beraniku, aku bertekad untuk mengiriminya sebuah SMS.
            Ini benar nomornya Jay?
Satu menit kemudian setelah aku mengirim SMS itu, handphoneku pun bergetar tanda SMS masuk.
            Bukan, ini Hepi. Kamu siapa?
Sejenak aku berfikir, ini benar nomor Jay atau bukan? tapi aku percaya pada temanku yang memberiku nomor ini.
            Hepi? Tinggal dimana? Aku Nana.
Kukirim SMS itu, sengaja aku menggunakan nama samaran.
Drrrrttttt…. Drrrttttt…drrrrttttt…..
1 pesan baru
            Di papua barat.
Aku hanya tertawa kecil membaca balasan dari Jay, yang jelas – jelas dia hanya menipuku. Lalu aku sedikit iseng dengan membalas SMSnya menggunakan bahasa inggris.
Nice to know you :)
drrrtttt…drrrtttt…drrrrttttt
1 pesan baru
            Mengapa kamu menggunakan bahasa inggris? Ini pasti Ryan kan?
Tersenyum lebar saat aku membaca SMSnya, karena itu membuktikan kalau nomor ini benar nomor Jay.
            Bukan. Ini bukan Ryan. Ini Nana.
Singkat balasku.
1 pesan baru
            Lalu mengapa kamu menggunakan bahasa inggris? Kamu teman Ryan ya?        
Sesegera aku membalas SMS Jay.
            Siapa itu Ryan?
Pura – puraku tidak mengenal Ryan.
1 pesan baru
            Ini pasti Ryan
Aku sudah kehabisan akal, akhirnya aku mengaku.
            Suruh Koko melihat nomorku dibuku BK, dan lihat itu milik siapa.
1 pesan baru
            Jessico Lee
Terkejut aku melihat balasan Jay. Langsung aku balas
            Bukan Jessico Lee, tapi Jessica Lee!
Drrrrtttttt…..drrrrrrrrttttttttt…….drrrrrtttttt…….
            Tapi di buku Mas Koko ditulis Jessico Lee
Cepat kubalas.
            Namaku Jessica Lee dan bukan Jessico Lee.
            Mulai dari situ, kami sering saling mengirim pesan. Aku juga sempat menulis curhatakanku di diaryku, curhatan tentang:
            Kau datang dan jantungku bergedup kencang, kau buatku terbang melayang. Tiada kusangka getaran ini ada saat jumpa yang pertama. Mataku tak dapat terlepas darimu, perhatikan setiap tingkahmu. Could it be love, could it be love, could this be something that I never had.
            Aku juga baru sadar bahwa semenjak aku mengenal Jay, sedikit demi sedikit aku mulai menyukai pelajaran bahasa inggris dan mulai senang mempelajari bahasa inggris. Entah pengaruh apa yang diberikan Jay, yang penting itu pengaruh yang positif.
            Sekarang, kami sering mengirim SMS satu sama lain. Sering kali aku tertawa membaca SMS dari Jay karena kosatakata dia yang hancur karena dia belum terlalu bisa berbicara dalam bahasa Indonesia. Saat aku texting dengan Jay, aku banyak belajar bahasa inggris, begitu juga Jay, banyak belajar bahasa Indonesia dariku. SMS dari Jay bisa membuatku tertawa bahagia dan bisa membuat aku tidak kesepian. Sampai suatu hari saatnya tiba. Tepat pada suatu malam
           
1 pesan baru
            Selamat malam, hari ini aku pulang ke australi. Thanks for your friendliness and your support. Sampai jumpa. 

-Jay-

            Kubuka pesan itu pada tanggal 17 Januari 2011 pukul 04.00 WIB. Kulihat rincian pesan itu. Ternyata pesan itu masuk kemarin tanggal 16 Januari 2011 pukul 22.30 WIB atau 23.30 WITA. Aku mencoba mengirim Jay sebuah pesan, tapi nihil. Handphone Jay sudah non-aktif. Tanpa sadar, air mataku mengalir membasahi pipi. Dalam hati ku berkata, “kenapa aku kemarin tak sadar kalau ada sms masuk? Aku belum sempat mengucapkan nice to meet you pada Jay. Ahh bodoh aku ini.” Ya penyesalan terbesarku adalah, aku tak sempat mengucapakan good bye dan nice to meet you. Aku bingung apa yang harus aku perbuat saat ini.
***
            Sekarang, handphone ku sepi, tak ada SMS dengan kosakata yang hancur lagi darinya yang bisa membuatku tertawa. Apa kabar dia? Hari demi hari berlalu. Meskipun sudah beberapa bulan yang lalu Jay pulang ke Australia, entah mengapa aku tetap memikirkannya. Sudah berbulan – berbulan Jay ada difikiranku. Sampai sekarang aku sudah menginjak kelas 1 SMA aku masih tetap memikirkannya.
            “dhe.. sekarang tanggal berapa?” tanyaku kepada Dhea, teman baruku di SMA
            “tanggal 17 Januari tahun 2011.” Jawab Dhea lengkap
            “tanggal 17? Berarti kemarin tanggal 16 Januari dong?” tanyaku dengan sedikit terkejut
            “iya, emang ada apa sih Jess?” tanya Dhea dengan nada datar
            Aku hanyam terdiam melamun. Kemarin tanggal 16 Januari. Itu artinya 1 tahun yang lalu Jay kembali ke Australia dan sama sekali tak ada kabar. Kenapa aku harus mengingat ini semua? Ini hanya membuatku kembali menyesali malam itu. Aku menyesalinya karena aku tak tahu kapan Jay kembali ke Indonesia, dan entah kapan aku bisa bertemu dengannya.
***
Setelah 1 tahun kembalinya Jay ke Ausie, aku tetap tak bisa mengilangkan pikiranku tentangnya. Sekarang sudah bulan September, itu berarti 1 tahun 8 bulan Jay pergi, hampir 2 tahun dia pergi dan sama sekali tak ada kabar. Entah apa yang aku fikirkan, entah apa yang ada difikiranku, entah apa yang aku rasakan sampai – sampai aku tidak bisa melupakan Jay, aku tidak bisa menghilangkan pikiranku tentangnya. Aku tidak bisa. Entah apa yang membuatku tak bisa. Beberapa hari terakhir ini aku merenung tentang Jay. Telah lama aku bertahan, demi cinta wujudkan sebuah harapan. Namun kurasa cukup ku menunggu. Sekarang aku tersadar cinta yang kutunggu tak kunjung datang. Apalah arti aku menunggu bila kamu tak tahu apa yang aku rasakan dan tak akan pernah tahu…….love Jay



Kamis, 11 Agustus 2011

Selasa, 28 Juni 2011

Longer Wanted

“Naomi wake up! Kau ada jadwal syuting video klip bukan?” tanya Julie, teman Naomi.
      Saat Naomi sudah berada di depan apartemennya, dia terkejut mendengar teriakan seorang lelaki yang menyebut namanya dengan lantang.
      “Naomi !” teriak seorang lelaki yang bernama Joey kepada Naomi.
      “Apa yang kau lakukan disini?” tanya Naomi heran, meskipun ini pertama kalinya mereka bertatap muka, tetapi Naomi sudah tau siapa yang memanggilnya itu,
      Naomi adalah seorang perempuan asal Jepang yang bersekolah di Universitas Imperial College London. Sedangkan Joey bekerja sebagai salah satu model ternama di Australia. Suatu hari mereka bertemu tanpa sengaja dalam sebuah proyek video klip milik Yun Sin Ja teman Joey penyanyi asal Korea yang dibuat di London. Selain sebagai mahasiswi semester 6, Naomi juga bekerja sebagai model. Karena mereka berdua sering bertemu di lokasi pembuatan video klip, tanpa sengaja rasa cinta pun tumbuh di antara mereka berdua. Tapi entah mengapa mereka berdua sama sekali tidak mengerti bahwa mereka berdua saling menyukai. Tetapi pada suatu hari saat mereka berdua tengah asyik menikmati musim semi di Central Park London, saat itu juga Joey menyatakan perasaannya kepada Naomi.
      “You’re perfect girl.”
      “You’re my perfect girl.”
      Beberapa kata keluar dari bibirnya secara lembut dan merasuk ke dalam jiwa Naomi secara perlahan.
      “apa yang baru kau katakan itu?” sahut suara lembut Naomi.
      “you’re my perfect girl, you’re my dream girl, and you’re my number one girl.” Sebuah jawaban keluar dari mulut Joey.
      “Naomi, do you wanna be my girlfriend?” tanya Joey kepada Naomi secara lembut dengan memegang erat kedua tangan Naomi dan menatap tajam kedua mata Naomi yang terlihat hitam itu.
      “what?” tanya Naomi sambil menatap lemas kedua mata Joey yang terlihat sangat coklat.
      “yes, do you wanna be my girlfriend?” jelas Joey.
      “Joey ….” Ucapan Naomi diputus Joey, karena Joey tidak ingin mendengar alasan apapun dari Naomi.
      “don’t make me sad Na….!” pinta Joey ke Naomi.
      “But….” Naomi tidak bisa meneruskan ucpannya, karena tanpa sadar air matanya telah mengalir di pipinya.
      “Please Na …” mohon Joey kepada Naomi dengan nada menyakinkan.
      “Joey…..”
“Yes?”
“I…..”
“what Naomi?”
      “I want to be your girlfriend.” Kata Naomi menyakinkan diri sambil mengeluarkan air mata.
      “I’ll stay with you forever Joey.” Kalimat itu terucap dengan sendirinya dari mulut Naomi.
      “Thank you … thank you so much Naomi.” Jawab Joey sambil memeluk erat tubuh Naomi.
I’ll stay with you forever too. I promise you. Trust me Naomi.”
      “I trust you Joey.” Ucap Naomi sambil tersenyum manis kepada Joey.
      Hari demi hari mereka lalui berdua dengan kebahagiaam yang terus menyelimuti mereka berdua. Seakan  dunia milik mereka berdua. Karena video klip yang mereka bintangi banyak yang menyukainya, tawaran membintangi video klip pun terus berdatangan menyerbu mereka berdua. Sampai – sampai satu hari penuh mereka habiskan di lokasi syuting, dan mereka pun sama sekali tidak terbebani dengan pekerjaannya.
      Sampai suatu hari saatnya Joey kembali ke Australia untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan disana yang belum selesai, Naomi pun tetap setia disamping Joey untuk menunggu keberangkatan pesawat dengan tujuan Australia.
      “Naomi.. wait me, I'm only a few months in Australia. If my project there is completed as soon as possible I will go back to London. Wait me.” Ucap Joey kepada Naomi sambil memegang erat sebelah tangan Naomi.
“Joey, I promise I'll wait you until you come back here. Trust me baby.” Balas Naomi sambil menatap mata biru Joey.
      Tanpa disadari saat inilah waktunya Joey untuk pulang ke Australia.
      “Bye .. Bye .. Joey.” Ucap Naomi sambil meneteskan air mata.
      “Bye … Bye … Naomi..” balas Joey sambil tersenyum dan melambaikan tangan ke Naomi.
      Hari demi hari Naomi lalui tanpa adanya Joey disisinya. Sudah lewat dari lima bulan Naomi menunggu kedatangan Joey. Sama sekali Joey tidak pernah mengirim pesan kepada Naomi. Meskipun Naomi sedikit khawatir terhadap kekasihnya itu, tetapi Naomi percaya bahwa Joey akan baik – baik saja. Untuk menghilangkan kekhawatirannya terhadap Joey, Naomi sengaja mencari kesibukan, entah kesibukaannya menjadi model ataupun  kesibukannya menjadi mahasiswi.
      Saat Naomi sedang melamun di balkon apartemennya, tanpa disadari sudah berdiri sesosok wanita, yaitu Julie, teman sekamar Naomi.
      “What happen Naomi?” tanya Julie sambil menyodorkan secangkir teh kepada Naomi.
      “Nothing, I'm just waiting the message from Joey. Already five months he did not give the news to me. I'm worried about him.” Sahut Naomi sambil menatap kosong kearah langit.
      “Naomi, he will be fine. And he said if he will come back to here. You should believe in him.” Jawab Julie sambil mengelus lengan Naomi dan menenangkannya.
      “I believe him. But see…. Till now he didn’t send a message to me. I’m afraid.” Jawab Naomi dengan mata berkaca – kaca.
      “Naomi , believe! He will be fine. Don’t be afraid Na!” Julie menenagkan Naomi.
      “But….” Ucap naomi terputus.
      “I have to go. I have to go to University now. Bye Na…” Julie mencoba untuk membuat Naomi tidak terlalu takut.
      “Bye.” Balas Naomi singkat.
      Tatapan kosong kembali melanda Naomi. Naomi masih tetap saja tidak mengerti apa yang terjadi dengan Joey. Tanpa sadar, air mata Naomi telah mengalir deras di pipi Naomi. Dalam hati Naomi berkata “Joey, kau ada dimana sekarang? Bagaimana kabarmu? Apa kau baik – baik saja?”
      Hari sudah pukul 11.00 p.m, Naomi pun juga sudah lelah, meskipun sehari ini Naomi hanya berdiam menyendiri melamunkan Joey. Naomi bergegas menuju kamar tidurnya untuk beristirahat dan melupakan sejenak tentang Joey.
      Pagi sudah menyapa Naomi. Naomi semalam tidur dengan nyenyak. Dan dipagi yang cerah ini, Naomi langsung disuguhi teh hangat di meja makan. Siapa lagi yang menyediakan teh hangat kalau bukan Julie sahabat setia Naomi.
      “Na… itu sudah ada teh hangat di meja makan untukmu. Minumlah itu sedikit untuk menghangatkan tubuhmu.” Ucap panjang lebar Julie.
      “Thanks Julie.. you’re my best friend. Thank you.” Jawab Naomi sambil tersenyum.
      Hari ini Naomi tidak ada jadwal kuliah maupun jadwal sebagai model. Jadi Naomi berencana untuk jalan – jalan menelusuri jalanan London yang ramainya orang berlalu lalang.
      Setelah meminum sedikit teh hangat dari Julie, Naomi langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Dan setelah selesai membersihkan diri, Naomi pun kembali ke kamar tidurnya untuk berganti pakaian yang pantas.
      “Julie, I go.” Teriak Naomi kepda Julie yang tetap sibuk di dapur.
      “Yeah, be careful sweet heart.” Balas Julie.
      Hari yang cerah ini bertolak belakang dengan hati Naomi yang mendung.
Entah kemana tujuan Naomi. Naomi hanya ingin menghilangkan pikirannya tentang Joey. Tetapi pikiran tentang Jeoy bukannya menghilang untuk sejenak, tetapi malah muncul saat naomi tersadarkan bahwa dia sedang duduk dibangku bawah pohon di Central Park, tepat bangku yang Joey dan Naomi duduki saat Joey menyatakan perasaannya kepada Naomi. Dan kembali, Naomi melamunkan Joey. Tetapi bergegas Naomi mencari kesibukan lain untuk melupakan Joey beberapa saat ini. Naomi pun menuju sebuah restaurant tidak jauh dari Central Park. Dia memesan makanan dan minuman sebagai sarapan dia kali ini.Setelah selesai sarapan  Naomi melanjutkan jalan – jalan paginya.
      Naomi masih tetap tidak mempunyai tujuan yang jelas. Sampai akhirnya Naomi pun memutuskan untuk membuat sedikit karya yaitu sebuah cerita tentang perjalanan cerita cintanya dengan Joey disebuah bangku panjang dibawah pohon di Central Park London dan membuka laptop kesayangan Naomi.
      Saat pertama aku bertemu dengannya aku sama sekali tidak mempunyai perasaan sedikit pun terhadapnya. Tapi entah keajaiban apa yang mebuatku akhirnya menyukai dan mencintainya setulus hatiku. Aku masih tetap tidak percaya terhadap perasaanku sampai suatu saat, saat kami sedang asyik berjalan – jalan menuju Central Park London, tempat diriku duduk melamunkan dia sekarang, dia menyatakan cinta kepadaku dan saat itulah aku benar – benar menyadari apa yang aku rasakan. Cinta setulus hatiku untuk Joey…….
      Cerita yang dibuat Naomi yang masih tertuliskan beberapa kalimat. Masih beberapa kalimat yang ia tuangkan kedalam cerita tersebut, tetapi hati Naomi pun terasa sesak dan terasa hancur berkeping – keping karena mengenang kenangannya bersama Joey. Tanpa berpikir lama, Naomi memutuskan untuk kembali ke apartemen untuk beristirahat.
      Sesampainnya di apartemen, entah apa yang membuat Naomi untuk tidak segera beristirahat, tetapi malah tumben – tumbennya dia ingin membuka e-mailnya yang beberapa bulan terakhir ini jarang ia buka. Terdapat 1 inbox di e-mailnya. Naomi pun segera membuka inbox tersebut berharap itu dari kekasihnya Joey. Dan ternyata benar inbox itu dari Joey. Wajah Naomi pun berseri – seri dan merasa lega melihat nama Joey.
      Jumat, 5 Juni
      From          :           Joey Burns Roberts
      To              :           Naomi Hikaru
      Subject      :           aku minta maaf
      Aku minta maaf bahwa beberapa bulan setelah kepulanganku ke Australia, aku tidak memberimu kabar sama sekali. Pekerjaanku disini benar – benar tidak bisa ditinggalkan meskipun hanya 1 menit saja. Sebentar lagi aku akan kembali kesana. Kemungkinan disana aku hanya beberapa minggu karena setelah itu aku harus menyelesaikan pekerjaanku disini lagi. Jika aku sudah di airport aku akan menghubungimu.
      Setelah Naomi membaca e-mail dari kekasihnya dan meneteskan air mata kerena rasa rindunya pun sesegera mungkin dia membalas e-mail tersebut.
      Sabtu, 6 Juni
      From          :           Naomi Hikaru
      To              :           Joey Burns Roberts
      Subject      :           Re: aku minta maaf
      Meskipun seharusnya aku marah kepadamu karena kau sama sekali tidak memberiku kabar setelah kau pergi dan mebuatku khawatir, tapi aku tidak jadi marah kepadamu karena kau bilang sebentar lagi kau akan kembali kesini. Tetapi jangan senang dulu kalau aku tidak marah sekarang. Tunggu sampai kau bertemu aku, akan kuhajar kau habis – habisan. Hahahah
Aku hanya bercanda. I love you J
      Setelah Naomi membalas e-mail dari Joey dan Naomi merasa lelah, dia pun menutup laptopnya, pergi ke kamar mandi membersihkan diri dan setelah itu dia melemparkan tubuhnya ke kasur empuk kesayangannya. Terlelaplah sudah Naomi di tengah malam yang dingin itu.
      Paginya, ponsel Naomi berdering dengan riangnya seakan tidak tahu bahwa pemiliknya masih asyik terlelap. Naomi meraba – raba kasurnya berusaha mencari ponselnya. “Hallo.” Suara lelaki terdengar di ponsel Naomi.
      “hallo… Joey?” sahut Naomi, dengan yakin bahwa  itu suara Joey.       
      “Naomi, sekarang aku sudah ada di airport. Bisakah kau menjemputku?” jawab Joey.
      “Sekarang? Di airport? Aku menjemputmu?” balas Naomi.
      “Iya. Kenapa? Apa kau tidak bisa?” tanya Joey.
      “tentu aku bisa. Tunggu aku disana. Aku tidak akan lama.” Jawab Naomi sambil tersenyum senang karena sang pujaan hatinya telah kembali ke London.
      Tak lama kemudian Naomi sudah berdiri di airport dan berusaha mencari Joey.
      “J O E Y” teriak Naomi kepada Joey setalah dia menemukan Joey sedang berdiri bersandar di kaca menatap luar airport.
      “N A O M I” teriak Joey pula.
      Mereka berdua pun sama – sama berjalan menghampiri. Setelah mereka bertatap mata tidak lama, sesegera mungkin Joey memeluk erat Naomi. Joey merasakan kedamaian saat memeluk kekasih tercintanya itu, seperti berada disurga.
      “Aku merindukanmu.” Ucap Naomi lembut sambil menatap mata Joey dalam – dalam.
      “Aku juga merindukanmu. Sangat merindukanmu.” Balas Joey sambil tersenyum manis dan mengusap wajah Naomi.
      “Mengapa kau tidak memberi ku kabar? Aku khawatir dengan keadaan mu. Apa kau tidak kasihan kepada ku? Apa kau tidak khawatir dengan ku?” celoteh Naomi kepada Joey.
      Hanya senyuman yang dibalaskan kepada Naomi.
      “Hey mengapa hanya tersenyum saja? Apa kemarahanku ini lucu? Kau pikir aku ini badut apa?” tanya Naomi sedikit jengkel.
      “Aku senang bisa mendengarkan celotehanmu lagi. Aku mengharapkan celotehanmu itu Na.” balas Jeoy sambil tersenyum sangat manis, sehingga membuat Naomi melayang melihat senyuman itu.
      “Aku lapar, bagaimana kalau kita pergi sarapan? Jawab Naomi mengalihkan pembicaraan agar tidak terlihat tersipu oleh senyuman maut Joey.
      “Oke Naomi. My lovely girl. Haha” sahut Joey gembira.
      Setelah mereka berdua sarapan, mereka berdua pun memutuskan untuk jalan – jalan mengelilingi kota London. Sudah lama sekali mereka berdua tidak melakukan hal seperti ini. Mereka sangat merindukan suasana seperti ini. Sampai akhirnya mereka berdua menuju ke sebuah kursi panjang di bawah pohon di Central Park. Kursi saat Joey menungkapkan perasaan kepada Naomi.
      “Bukannya tempat ini adalah tempat saat kau mengungkapkan perasaanmu kepada ku?” tanya Naomi tertawa.
      “Haha, kau masih ingat?” tanya Joey tersenyum malu.
      “Tentu saja aku masih ingat. Haha” balas Naomi malu.
      “Hey aku akan mengajak mu berkenalan dengan teman – temanku disini.” Ajak Joey.
      “Kapan? Sekarang?” tanya Naomi.
      “Ya. Sekarang. Bisa?
      “Bisa. Dimana?”
      “Di café milik salah satu temanku.”
      “Kalau begitu, kita langsung kesana saja.”
      “Oke.”
      Sampailah mereka di café milik teman Joey. Joey memperkenalkan kekasihnya itu kepada teman – teman yang ada disana. Mereka semua sangat senang melihat Joey dan Naomi. Menurut mereka, Naomi dan Joey adalah pasangan yang serasi. Naomi menikmati keadaan waktu itu. Sampai akhirnya keadaan buruk pun melandanya.
      Suatu hari Joey menghubunginya. Naomi sangat senang saat kekasihnya itu menghubunginya.           
      “Hallo. Ada apa Joey?”
      “Maaf Naomi, ini bukan Joey. Ini aku Nicolle teman Joey. Masih ingat?”
      “Nicolle? Teman Joey?” tanya Naomi gugup. Nicolle adalah seorang perempuan. Dia menelponnya menggunakan nomor ponsel Joey. Ada hubungan apa antara Nicolle dan Joey? Naomi pun sudah berpikir yang tidak – tidak.
      “Ada hubungan apa kau dengan Joey?”
      “Naomi. Aku tidak ada hubungan apa pun dengan Joey.”
      “Lalu, mengapa kau menghubungiku menggunakan ponsel Joey?
      “Aku hanya ingin mengatakan bahwa Joey sekarang ada di rumah sakit. Tadi pagi Joey kecelakan.”
      “Apa? Di rumah sakit? Kecelakaan?” Bagaimana keadaannya sekarang?” tanya Naomi bertubi – tubi.
      “Iya. Dia masih ditangani oleh dokter. Naomi, bisakah sekarang kau kemari?”
      “Baiklah. Aku akan kesana sekarang juga.”
      Naomi sedikit gugup mendengar kabar tersebut. Dia takut sesuatu yang tidak dia inginkan terjadi kepada Joey. Dia ingin Joey baik – baik saja.
      “N A O M I” teriak seorang gadis setelah dia sampai di rumah sakit.
      “Hey Nicolle. Bagaiman Joey? Apa dia baik – baik saja? Apa kata dokter? Bolehkah aku melihatnya? Tanya Naomi berturut – turut sambil sekit terisak.
      “Dia…….. koma Naomi. Tentu kau boleh melihatnya.”
      “Apa? Koma?”
      “Iya. Akan ku antarkan kau melihatnya sekarang.”
      Naomi sedikit takut melihat Joey yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit. Dia takut sesuatu yang buruk terjadi kepada Joey. Namun, dia berusaha untuk berpikir dan berdoa yang terbaik untuk Joey. Lalu dia menelusuri kabel – kabel yang tersambung antara tubuh Joey dan beberapa alat vital disana. Meskipun Naomi tidak mengerti alat – alat tersebut, dia sedikit mengerti tentang sebuah monitor yang menunjukkan detak jantung Joey.
      Monitor itu menunjukkan garis yang tidak beraturan. Jantung Joey masih berdetak. Joey masih hidup….
      Naomi terisak mendekati Joey yang tak berdaya. Mata Joey terpejam seolah sedang tidur. Dia hanya terdiam tak berani berkata. Dia harus bicara, mungkin saja dengan dia berbicara dengan Joey, Joey akan sadarkan diri. Apakah salah jika Naomi mengharapakan keajaiban?
      Naomi menatap wajah Joey dan bergumam pelan. “Kau bukan putri tidur. Yang bangun jika pangeran datang. Kau harus bangun sekarang Joey.”
      Ia hanya diam terpaku berharap Joey menjawab celotehannya itu. Tetapi, tetap saja Joey terdiam tak bergerak sedikit pun.    
      “Aku merindukan senyumanmu Joey.” Tanpa sadar pipi Naomi yang semula kering, sekarang menjadi basah karena air matanya membasahi pipinya.
      Ia menatap Joey dan matanya melebar, Apakah ia salah lihat? Tidak…Kedua mata Joey terlihat basah.
      Joey menangis….! Joey bisa mendengarnya…!
      Air mata Naomi semakin  deras.
      “Joey.” Panggilnya, lalu membekap mulutnya sendiri ketika ia mulai terisak semakin keras.
      “Kau bisa mendengarkanku? Kau mendengarkan semua kataku?”
      Setetes air mata bergulir turun dari mata Joey yang terpejam, namun Joey sama sekali tidak bergerak.
Aku mencintaimu Joey… Aku mencintaimu…
      Lalu Naomi mendengar bunyi panjang dan datar yang membuat bulu kudunya meremang. Ia mengangkat kepala dan menatap monitor penunjuk detak jantung. Hanya ada garis lurus yang terlihat di sana. Dan bunyi panjang yang monoton itu ….
      Sebelum ia berpikir, pintu kamar terbuka dan orang – orang berpakaian putih menerobos masuk.
      Ia tidak menyadari Nicolle menariknya menjauh dari ranjang dan memeluknya. Sosok Joey menghilang ditelan kerumunan orang berbaju putih itu.
      Namun kenyataannya, usaha dokter dan perawat yang mengelilingi Joey sama sekali tidak membuahkan hasil. Naomi kembali melihat monitor yang tetap menunjukkan garis lurus. Mereka gagal menyelamatkan Joey….
      Ia merasa tubuhnya gemetar. Naomi membenamkan wajah di dada Nicolle dan menangis bersamanya.
      Jangan marah padaku kalau aku menangis….. Hari ini saja…. Kau boleh lihat sendiri nanti. Kau akan lihat tidak lama lagi aku akan kembali kuliah, bekerja, tertawa, dan mengoceh seperti biasa…..
Aku janji…….JOEY…..